Posted by : Unknown Rabu, 13 Mei 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pada zaman modern kini yang beberapa orang bahwa ini adalah zaman jahiliyah modern. Dimana keadaan zaman sekarang ini moral sudah mengikis dalam masing-masing individu. Hal itu bisa terjadi karena kurangnya keimanan pada diri seseorang.
Dasar iman orang-orang islam adalah ada enam iman yang harus selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan harus diyakini. Suatu akidah yang bersih lagi hak, jika telah melekat dengan mantap pada seseorang, pastilah membuat segala perilaku kehidupannya menjadi istiqamah. Dan, jika aqidah yang bersih lagi hak telah menaungi suatu masyarakat, maka akan tegaklah masyarakat tadi dan sanggup mencapai kesempurnaan puncak kemanusiaan.
Beragama adalah suata bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal yang yang diajarkan oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara bulat terhadap pokok-pokok ajaran dan keyakinan sebuah agama. Oleha keran itu, tidak ada manusia yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan oleh agama tersebut.
Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun Iman, terdiri dari enam pilar. Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah keimanannya, sehingga mengimani ke enam rukun iman tersebut merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan iman
2.      Apa saja rukun iman
3.      Bagaiamana cara memperdalam masuknya iman
C.     Tujuan
1.      memahami tentang iman
2.      mengerti tentang rukun iman
3.      menganalisa cara memperdalam masuknya iman

















BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Iman Dalam Agama Islam

Iman secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman. Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya. Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.

artinya :
Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Fath: 4)
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup. Jadi,dapat di simpukan,seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi unsur unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, unsur unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Keimanan adalah hal yang paling mendasar yang harus dimiliki seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah   :

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.”
(Q.S. An Nisa : 136)




Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.Maka pegang teguhlah keimanan yang sudah anda miliki.
B.   Pengertian Rukun Iman
Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam ajaran Islam.
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah:177)

1.      Iman Kepada Allah Ta’ala
Iman kepada Allah adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan Raja segala sesuatu, Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki, Yang Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak diibadahi. Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh diberikan kepada selain-Nya, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan, serta Dia bersih dari segala cacat dan kekurangan.
Mempercayai bahwa Allah itu adalah Zat (essensi) dan Ada (eksistensi) pada Allah Maha Esa itu merupakan satuan, Ada pada Allah itu bersifat mutlak, berbeda dengan eksistensi manusia bersifat nisbi. Aliran Sunni menambahkan beberapa Sifat-Ilah yang merupakan suatu kemestian, yaitu Azali (al-Qidam), kekal tanpa batas (al-Baqa), berbeda dengan setiap kebaharuan (Mukhâlafat lil Hawâdits), keberadaannya itu pada zat-Nya sendiri (Qiyâmuhu bi Nafsihi), maha esa (al-Wahdâniyat), berkemampuan tanpa batas (al-Qudrat), berkemauan tanpa hambatan (al-Irâdat), tahu atas setiap sesuatu (al-u), hidup (al-Hayt), mendengar (al-Samak), menyaksikan (al-Bashar), berbicara menurut zat-Nya (al-Kalam).
Iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung dalam rukun iman. Karena iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari keimanan yang lain, maka keimanan kepada Allah SWT harus tertanam dengan benar kepada diri seseorang. Sebab jika iman kepada Allah SWT tidak tertanam dengan benar, maka ketidak-benaran ini akan berlanjut kepada keimanan yang lain, seperti iman kepada malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari kiamat, serta qadha dan qadar Nya. Dan pada akhirnya akan merusak ibadah seseorang secara keseluruhan. Di masyarakat tidak jarang kita jumpai cara-cara beribadah seorang yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, padahal orang tersebut mengaku beragama Islam.

Ditinjau dari segi yang umum dan yang khusus ada dua cara beriman kepada Allah SWT :
a.       Bersifat Ijmali
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat ijmali maksudnya adalah, bahwa kita mepercayai Allah SWT secara umum atau secara garis besar. Al-Qur’an sebagai suber ajaran pokok Islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal Allah SWT. Diterangkan, bahwa Allah adalah dzat yang Maha Esa, Maha Suci. Dia Maha Pencipta, Maha Mendengar, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna.
b.      Bersifat Tafshili
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat tafsili, maksudnya adalah mempercayai Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat makhluk Nya. Sebagai bukti adalah adanya “Asmaul Husna” yang kita dianjurkan untuk berdoa dengan Asmaul Husna serta menghafal dan juga meresapi dalam hati dengan menghayati makna.
2.       Iman Kepada Para Malaikat-Nya
       Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Adapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani secara tafshil (terperinci), para malaikat yang namanya disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka secara ijmal (global).
3.      Iman Kepada Kitab-Kitab
Maksudnya adalah, meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar merupakanKalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib beriman secaraijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib baginya mengimaninya secara tafshil, yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Selain wajib mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah, wajib pula mengimani bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan seluruh kitab lain yang diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta menjauhi berbagai larangan yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an merupakan tolok ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan. Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan, dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
4.      Iman Kepada Rasul-rasul
Iman kepada rasul-rasul adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya. Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul itu kepada manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka, wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal sebagaimana wajib pula beriman secara tafshilkepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Wajib pula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa Muhammad shalalallahu alaihi wa salam adalah yang paling mulia dan penutup para nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak ada nabi setelahnya.
Kecuali mesti beriman terhadap Nabi Muhammad, yang merupakan bagian kedua pada Syahadatain, maka setiap Muslim diwajibkan pula mempercayai Rasul-Rasul Allah pada masa-masa sebelumnya dan memuliakannya. Di dalam kitab suci Al-Qur'an terdapat nama dua puluh lima Rasul Allah, yang satu persatunya disebutkan dengan nyata, yaitu:
 Adam, Idris,Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Yaakub, Yusuf,Ayub, Zulkifli,Syu'aib, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakharia, Yahya,Isa,
5.       Iman Kepada Kebangkitan Setelah Mati
Iman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan orang-orang yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat. Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki. Pengertian alba’ts (kebangkitan) menurut syar’i adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
6.      Iman Kepada Takdir Yang Baik Maupun Yang Buruk Dari Allah Ta’ala.
Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah ta’ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya. Allah berfirman :


Artinya :”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar (ukuran).” (Al-Qomar: 49).
C.   Cara Memperdalam Iman
Sungguh banyak cara yang bisa dilakukan seorang muslim untuk meningkatkan keimanannya. Diantara cara tersebut adalah berikut ini:
1.      Mentadabburi Al-Quran
Tadabbur (mengkaji) Al-Quran merupakan salah satu cara yang utama untuk memperkuat keimanan. Semakin dalam seseorang mengkaji Al-Quran, dan semakin banyak ilmu dan ma’rifat yang dia dapatkan di dalamnya, niscaya akan semakin bertambah keimanannya. Demikian pula ketika ia mengamati keteraturan dan ketepatan susunan ayat-ayatnya, niscaya dia akan mendapati bahwa keseluruhan ayat Al-Quran saling membenarkan antara satu dan lainnya, tidak ada pertentangan di antaranya. Apabila seseorang membaca Al-Quran dengan penuh tadabbur, memahami makna dan maksudnya-layaknya buku yang dihafal oleh seseorang lalu ia menerangkannya-niscaya dia akan dapat memahami maksud Allah Swt. yang telah menurunkan Al-Quran tersebut. Dan ini merupakan salah satu penguat iman yang paling besar. 
2.      Mengenal Hadits Nabi
Demikian juga mengenal hadits Nabi Saw. dan hal yang dapat menyampaikan kepadanya berupa ilmu-ilmu tentang iman dan amal. Semua itu termasuk perkara-perkara yang akan melahirkan iman dan memperkuatnya. Apabila ma’rifat seorang hamba tentang Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw. bertambah, niscaya bertambah pula iman dan keyakinannya hingga ilmu dan imannya telah sampai kepada derajat yakin.
3.      Mengenal Pribadi Nabi
Cara lainnya untuk menghadirkan benih-benih iman adalah ma’rifat kepada Nabi Saw. serta mengenal akhlaknya yang tinggi dan sifatnya yang mulia. Siapa yang benar-benar mengenal beliau niscaya dia tidak akan pernah meragukan kebenarannya dan kebenaran al-Kitab, as-Sunnah, dan agama yang dibawanya.
4.      Tafakkur
Sebab lain yang akan menumbuhkan keimanan adalah tafakkur terhadap alam semesta berupa penciptaan langit, bumi, dan berbagai jenis makhluk yang ada padanya. Demikian juga memikirkan segala apa yang ada pada diri manusia dan sifat yang ada padanya. Semua itu adalah pendorong yang kuat bagi iman. Karena segala sesuatu yang ada merupakan keagungan ciptaan yang menunjukkan qudrat dan kebesaran Yang Maha Pencipta. Selain itu, keindahan dan keteraturan alam yang menakjubkan ini juga menunjukkan ilmu Allah Ta’ala yang luas dan hikmah (kebijaksanaan)-Nya yang mencakup segala hal.
Demikian pula memikirkan faqirnya semua makhluk dan berhajatnya mereka kepada Rabbnya dari semua sisi. Makhluk tak bisa terlepas dari Allah sekejap mata pun. Hal itu mengharuskan hamba untuk tunduk secara sempurna, banyak berdo’a, dan bermunajat kepada Allah guna meraih apa yang dibutuhkannya untuk kebaikan agama dan dunianya serta menolak segala yang akan melahirkan kemudharatan bagi keduanyanya. Lebih dari itu, ia juga akan melahirkan sikap tawakkal sepenuhnya kepada Allah, keinginan yang kuat untuk mendapatkan kebaikan dan ihsan-Nya, serta keyakinan yang sempurna terhadap janji Allah Swt. Dengan ini, iman menjadi mantap dan kuat. Demikian pula dengan tafakkur terhadap banyaknya nikmat Allah yang selalu dibutuhkan oleh semua makhluk setiap pada saat.
5.   Banyak Berdzikir
Sebab lain yang dapat memperkuat keimanan adalah memperbanyak dzikir dan berdo’a kepada Allah . Yaitu dzikir yang dilakukan setiap saat, baik dengan lisan, hati, amal (perbuatan), maupun sikap. Perlu diingat bahwa kadar keimanan seseorang tergantung pada banyaknya ia berdzikir.



6.   Mengenal Kebaikan-kebaikan Islam
Menyadari kebaikan-kebaikan yang ada pada ajaran Islam merupakan salah satu faktor penguat keimanan. Sesungguhnya semua ajaran Islam baik. ‘Aqidahnya adalah yang paling benar dan paling bermanfaat. Akhlaknya adalah yang paling bagus. Segala hukum dan amalan yang ada di dalamnya adalah yang terbaik dan teradil. Dengan cara pandang seperti ini, Allah Ta’ala akan menghiasi hati hamba dengan keimanan dan menjadikannya cinta kepada-Nya. 
7.      Beribadah Dengan Optimal
Faktor penting lainnya yang dapat menguatkan keimanan adalah beribadah kepada Allah dengan ihsan (optimal) dan berbuat baik kepada makhluk-Nya. Ihsan dalam beribadah terwujud dengan bersungguh-sungguh ketika beribadah kepada Allah seakan-akan ia melihat-Nya. Jika ia tak mampu   melakukan hal itu, maka ia menghadirkan dalam hatinya satu keyakinan bahwa Allah menyaksikan dan melihatnya. Hal ini akan membuat seorang hamba bersungguh-sungguh dalam beramal dan melakukannya dengan sangat baik. Ia senantiasa berjuang melawan nafsunya sehingga iman dan keyakinannya kuat dan sampai kepada derajat haqqul yaqin yang merupakan martabat keimanan yang paling tinggi. Itulah saat ketika ia merasakan manisnya berbuat taat.
8.      Berdakwah
Berdakwah mengajak kepada Allah dan agama-Nya, serta saling menasihati dengan kebenaran dan kesabaran merupakan faktor lain yang dapat mempertebal keimanan. Dengan berdakwah seorang hamba berarti menyempurnakan (keimanan) dirinya dan keimanan orang lain.
9.      Menjauhi Perbuatan Dosa
Hal lain yang akan mengokohkan keimanan adalah menjauhkan diri dari segala yang mengantarkan kepada kekufuran, nifak, fasik, dan maksiat.


10.  Mengerjakan Ibadah Sunnah
Termasuk sebab penguat iman juga adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah sunnah setelah yang fardhu dan mendahulukan apa yang dicintai Allah atas segala yang lainnya ketika melawan hawa nafsu.
11.  Berkhalwat
Di antaranya juga adalah berkhalwat (menyendiri) bersama Allah ketika Dia turun (ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir) untuk munajat kepada-Nya dan membaca Kalam-Nya (Al-Quran), dengan menghadapkan hati penuh penghambaan di hadapan-Nya, kemudian menutupnya dengan istighfar dan taubat.
12.  Dekat Dengan Ulama dan Orang Shalih
Penguat iman lainnya adalah duduk (di satu majelis) dengan para ulama yang benar dan ikhlas guna memetik buah yang baik dari perkataan mereka, seperti dipilihnya buah yang baik (dari pohon).
13.  Menjaga Hati
Hal lain yang akan menguatkan keimanan adalah menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dapat membatasi dan memisahkan antara hati seorang hamba dan Allah Ta’ala.







BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam ajaran Islam, yaitu:man kepadaAllah, Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hariKiamat, Iman kepada Qada dan Qadar,
Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya.
Keyakinan terhadap adanya malaikatakan berpengaruh terhadap perilaku manusia. Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka seorang muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan menyadari bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat.












DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Bahjat,Mengenal Allah,pustaka hidayah,Bandung;1986

Abdurrahman Habanakah,pokok-pokok aqidah islam,gema insani,Jakarta;1986


Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.


Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka


Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.


Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Ampibi - PR_MJ - Powered by Sainstik - Designed by - PR_MJ